Bagaimana sosok dan kiprah politisi muda berdarah Batak dari
Partai Golkar ini? Epaphroditus Ph M mewawancarai Aditya seputar kiprahnya di
lembaga legislatif pada Kamis siang, 11 Oktober 2012 di Ruang Rapat Komisi IX
Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta.
Aditya Anugrah Moha,
S.Ked
Politisi Termuda
Golkar Senayan
Dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode
2009-2014 yang dilantik pada 1 Oktober 2009, ada seorang anak muda yang juga
dokter muda di sana. Dia adalah Aditya Anugrah Moha yang pada saat pelantikan
baru berusia 27 tahun. Kondisi ini merefleksikan representasi masyarakat
terhadap politik egalitarian dalam bingkai masyarakat yang plural. Daerah
pemilihan Sulawesi Utara yang meliputi Bolaang Mongondow, Minahasa, Minahasa
Utara, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Minahasa Selatan, Kota Manado, Kota
Bitung, Kota Tomohon, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara, Siau
Tagulandang Biaro, dan Kota Kotamobagu. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi (Manado) tahun 2007 ini bisa disebut sebagai salah satu anak muda
yang mengkilat prestasinya. Meski dia menyandang predikat sebagai dokter muda,
namun kemampuan komunikasi politik yang dia asah sejak dini lewat organisasi
KNPI di daerahnya, membuat Aditya tidak canggung ketika berada di Senayan.
Bahkan kini, selain sebagai ‘wakil rakyat’, putera sulung Bupati Bolaang
Mongondow, Marlina Moha Siahaan ini, juga tercatat sebagai salah satu Ketua
KNPI Pusat.
Anda merasa sebagai
orang Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) atau Batak (Sumatera Utara)?
Secara pribadi, saya menginginkan memberikan kontribusi yang
signifikan dalam menggejewatahkan istilah “kita bersatu karna perbedaan, budaya
penyeragaman adalah pengingkaran terhadap geneologi Indonesia”. Oleh karna itu,
terlepas dari suku dan keturunan apa, saya bangga menjadi Warga Negara Republik
Indonesia. Berbicara suku, itu merupakan kekayaan yang dimiliki negara ini.
Selain, kearifan lokal dan Kebhinekaan yang dimiliki oleh Indonesia. Pada saat
berbicara berasal dari suku ini dan itu, menurut saya, itu kurang membumi di
negeri kita ini. Yang benar adalah bahwa segenap elemen bangsa kesukuan masuk
didalamnya merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini
kebanggaan yang luar biasa bagi kita semua. Dibandingkan jika saya
mengedepankan, saya berasal dari suku ini atau itu. Yang terpenting bahwa
dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Saya bangga menjadi warga
Sulawesi Utara dan saya bangga menjadi bagian didalamnya dari ketiga suku besar
di bangsa ini. Ketiga suku besar yang ada di Sulawesi Utara dimaksud adalah
suku Sangir, Minahasa, dan Bolaang Mongodow.
Sebagai dokter Anda lebih banyak berkecimpung secara
langsung terhadap pasien atau orang lain, sementara sebagai anggota Legislatif
tugasnya begitu kompleks. Bagaimana menyiasati dua profesi berbeda ini?
Hidup itu pilihan. Pada saat ini, saya menjatuhkan pilihan
bagaimana dapat belajar, berekspresi, berdedikasi serta memiliki harapan dan
cita-cita untuk dapat berguna bagi diri sendiri, lingkungan terkecil yaitu
keluarga, dan diharapkan bermanfaat untuk bangsa ini. Ketika berprofesi di
bidang kesehatan, saya berpikir untuk dapat memberikan manfaat kesehatan bagi
orang lain. Penempatan diri saya sebagai anggota Legislatif di komisi IX
merupakan hal yang baik mengingat kebijakan, keputusan, program, dan berbicara
ruang lingkup kesehatan dan dunia ketenagakerjaan diolah dari sini. Lembaga
Legislatif merupakan ornamen negara yang akan menentukan baik atau buruknya
dunia kesehatan serta kompleksitas hubungan industri yang ada di Republik ini.
Dengan pilihan tersebut, sampai hari ini saya tetap merasa nyaman. Setidaknya
ada yang saya lakukan untuk kemaslahatan masyarakat.
Aditya Anugrah Moha, S.Ked
Saat ini Anda tercatat sebagai Ketua KNPI (Komite Nasional
Pemuda Indonesia) apa yang sudah Anda dilakukan selama ini?
Tugas saya sebagai Ketua KNPI di Bolaang Mongondow sudah
memasuki masa demisioner. Kemudian, saya ditugaskan di Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) KNPI untuk Bidang Parlemen Internasional. Penugasan di KNPI saya jalani
sebelum menjadi anggota DPR. Banyak atau sedikitnya yang saya lakukan sebagai
Ketua KNPI tergantung penilaian atau persepsi masyarakat. Setidaknya saya telah
memiliki pijakan bahwa ketika pemuda mau berkarya, berprestasi, dan memiliki
langkah yang baik untuk pendekatan terhadap lini linier masyarakat, saya
berpikir itu merupakan hal yang sangat bermanfaat. Dibandingkan dengan
mengedepankan program-program atau melakukan hal-hal yang terlihat seremonial.
Sangat tidak tepat jika saya mengatakan sudah melakukan banyak hal terkait
jabatan saya sebagai Ketua KNPI Kabupaten Bolaang Mongondow. Biarlah masyarakat
yang menilai, apa yang telah dilakukan sebagai pemuda di tanah negeri Sulawesi
Utara selama itu.
Sebagai tokoh pemuda, bagaimana Anda melihat peran pemuda
dalam pembangunan saat ini?
Bung Karno telah menyampaikan, berikan saya 10 pemuda, maka
saya akan mengguncang dunia. Saya pikir, hingga saat ini peran pemuda sangatlah
signifikan. Tinggal dikembalikan kepada pemuda itu sendiri. Seberapa besar kita
mengambil peran dalam kehidupan berbangsa. Seberapa besar kita mau dan berani
berbicara tentang agenda-agenda pembangunan. Seberapa baiknya kita berada pada
posisi masing-masing, baik birokrat eksekutif, politisi legislatif, atau aparat
yudikatif (penegakan hukum). Di mana pun pemuda itu berada akan dikembalikan
kepada seberapa baik kita akan memberikan nilai jati diri yang bermanfaat untuk
lingkungan sekitar.
Saat ini, Kosovo dipimpin oleh seorang wanita berusia 37
tahun bernama Atifete Jahjaga sebagai presiden. Igor Lukšić yang berusia 36
tahun pun kemudian terpilih menjadi Perdana Menteri Montenegro. Akankah ini
menjadi inspirasi dan mungkin motivasi dalam jenjang karir politik Anda?
Motivasi dan inspirasi itu ada di mana-mana. Ketika
mendirikan partai, ketika itu Bung Karno berusia sekitar 20-an tahun. Itu
artinya bahwa embrio di negara ini sudah bukan lagi sebagai fenomena. Negara
ini semakin luas memberikan ruang kepada pemuda. Itu merupakan sebuah motivasi
yang baik dan luar biasa. Kuncinya akan kembali kepada diri kita sendiri. Sudah
mampu dan siapkah pemuda menerima tantangan kesuksesan itu? Pemuda itu memiliki
fighting spirit, idea progresif, dan natural aksi yg baik yang pada tingkatan
praksisnya, pemuda sedapat mungkin menciptakan solidaritas organik dalam
setting sosial masyakarat yang plural. Potensi ini dimiliki pemuda dengan
kapasitasnya yg di amanatkan sebagai agen-agen perubahan bangsa. Mari kita serahkan
kepada para pemuda untuk menjawabnya.
Sebagai anak pejabat, apa Anda merasa cukup dekat dengan
rakyat?
Dekat atau tidaknya, biarlah masyarakat yang menilai.
Logikanya, jika tidak dekat dengan masyarakat, tidak mungkin saya mendapatkan
lebih dari 100 ribu suara untuk terpilih sebagai anggota legislatif pada
pemilihan umum tahun 2009. Dengan raihan suara itu tentu sebagai jawaban
kedekatan terhadap rakyat. Pilihan tersebut bukan hanya berasal dari Bolaang
Mongondow, tetapi tersebar dari seluruh Sulawesi Utara. Bahkan, di Sangihe dan
Talaud, saya mendapatkan suara di wilayah itu. Tetapi, biarlah masyarakat yang
memberikan jawabannya. Saya terlalu bertinggi hati ketika saya mengatakan dekat
dengan rakyat. Karena sampai hari ini saya menyadari bahwa masih banyak hal
yang belum seoptimal mungkin dilakukan. Masih banyak agenda-agenda masyarakat
yang perlu diakomodasi dan ditindaklajuti. Seluruhnya harus diperjuangkan demi
kemakmuran bersama seluruh masyarakat.
Apa komentar Anda, ketika orangtua Anda yang merupakan
pimpinan daerah terduga kasus korupsi?
Founding father bangsa Indonesia, Bung Karno menjelaskan
bahwa negara ini dibangun tidak dengan sebuah retorika, tetapi melalui
langkah-langkah nyata. Dari kondisi tersebut dapat ditarik benang merah, bahwa
sejauh ini kita telah berada pada posisi bernegara dengan pemahaman demokrasi
yang baik. Berbicara demokrasi tentu melalui berbagai proses. Sebagai negara
demokrasi tertua dan tersukses di dunia, hingga kini, Amerika pun masih
bergelut untuk mengatasi persoalan-persoalan korupsi.
Persoalan-persoalan kolusi dan nepotisme masih dijumpai.
Artinya, bahwa itu merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita tidak ingin membenarkan tindakan tersebut, tetapi perlu langkah-langkah
konkrit dari seorang pimpinan negara. Kita sudah berada pada sistem yang baik.
Yang diperlukan adalah penegakan hukum. Kita harus menempatkan bahwa keadilan
berada pada posisi terdepan. Kemudian bagaimana reformasi birokrasi berjalan
dengan baik. Konsepsi yang baik hendaknya tidak sekedar konsep belaka.
Bagaimana tata pelaksanaannya tergantung pada stakeholder itu sendiri.
Jika kini berbicara kekuasaan, kita harus menyadari bahwa
Indonesia masih mix dalam berbicara asas. Satu sisi menggunakan asas
presidensiil, sementara di sisi lain semi parlementer. Artinya pembagian
kekuasaan masih betul-betul berada pada sisi tarik-menarik. Ini masih
diperlukan suatu ramuan yang lebih baik. Jika dalam satu tubuh terjadi sistem
yang baik, maka ke bawahnya akan lebih mudah untuk baik. Tetapi jika terjadi
tarik-menarik, sampai di bawah pun akan tarik-menarik.
Kita tinggal menjalankan sistem yang baik itu. Sistem clean
and good governance yang sudah ada dan jika diterapkan di daerah tidak akan
masalah. Hal ini akan semakin menghindarkan kasus-kasus korupsi di berbagai
wilayah dalam Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) ini. Karena, setiap
pengelola negara baik di pusat dan di daerah akan menyadari diri. Ketika
menjadi birokrat, jadilah birokrat yang baik, politisi yang baik, penegak hukum
yang baik, dan sebagainya. Persoalan semakin meruncing jika terjadi
pencampuradukkan di berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara, birokrat
yang berpolitisi atau sebaliknya.
Jika menjadi politisi, pure politisi dan jangan menjadi
pengusaha. Akan terjadi kekacauan nantinya. Politisi yang berpengusaha jadilah
terindikasi korupsi, grativikasi, dan lain sebagainya. Ketua Umum Partai
Golkar, Aburizal Bakrie memang memiliki latar belakang pengusaha, tetapi
kemudian sepenuhnya menjadi seorang politisi ketika seluruh pemegang kekuasaan
di perusahaan telah dilepaskan. Beliau menjadi politisi sejati, karena telah
melepaskan semua ornamen-ornamen group perusahaan Bakrie. Perusahaan sudah diurus
oleh keluarganya, sehingga beliau pada posisi negarawan yang sejati.
Sebagai putera Bolaang Mongondow, apa Anda berkeinginan
mencalonkan diri sebagai gubernur jika Bolaang Mongondow nantinya menjadi
provinsi?
Sejak masa penjaringan calon kepala daerah dan penjaringan
calon anggota legislatif hingga terpilih di Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun
2009, saya memilih jalur politisi. Untuk selanjutnya akan saya kembalikan
kepada seluruh stakeholder di Bolaang Mongondow. Ketika wacana Bolaang
Mongondow ingin menjadi provinsi sendiri sejauh mana kesiapannya. Sejauh ini
jika melihat persyaratan sebagai sebuah wilayah provinsi, Bolaang Mongondow
memenuhi syarat. Syarat administratif, kewilayahan, dan syarat fisik telah
terpenuhi. Bolaang Mongondow memiliki potensi yang baik. Kemudian kembali
kepada seluruh stake holder. Pemekaran daerah terutama provinsi bukan suatu
perjuangan yang mudah.
Ranah politik ada. Tetapi, ada hal-hal yang lebih mendasar
dari itu. Ada pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat dan bagaimana
menciptakan pembangunan yang lebih baik demi pemerataan, sehingga mampu
mensejahterakan masyarakat. Ada tiga hal yang mendasar terkait dengan suatu
pemekaran wilayah. Itu yang dikedepankan. Bukan soal nilai politisnya untuk
menjadi seorang kepala daerah. Persoalannya, mampukah kita menerapkan filosofi
mendasar tersebut. Mampukah kesejahteraan itu tercipta? Mampukah kedekatan
pelayanan yang baik? Mampukah pemerataan pembangunan itu diterapkan?
Sebagai wakil dari Sulut lebih khusus Bolaang Mongondow,
apakah Anda sudah merasa mensejahterakan rakyat yang memilih Anda?
Hingga kini, saya belum berada pada posisi dimaksud. Saya
masih terus konsentrasi dan konsisten dalam pekerjaan kerakyatan yang
diamanahkan. Tentunya saya akan banyak bertanya kepada kawan-kawan senior, apa
sebenarnya yang bisa lakukan secara bersama-sama untuk lajunya percepatan dari
kesejahteraan itu sendiri. Saya harus banyak menyerap aspirasi dan harus banyak
bertanya kepada senior-senior saya yang telah mapan dan hebat dalam berpolitik.
Mereka lebih berkualitas dan lebih berpengalaman. Selain banyak bertanya, saya
juga harus mengiringi dengan apa yang bisa saya lakukan di lembaga yang
terhormat.
Setelah separuh jalan di legislatif, apakah Anda punya kiat
dalam menangani ketenagakerjaan atau perburuhan yang belum berjalan bagus di
negara ini?
Belum lama ini, kita langsung menindaklajuti kasus
ketenagakerajaan atau perburuhan di wilayah Bekasi (Jawa Barat) dan Tangerang
(Banten). Selain kita melaksanakan tugas pokok pengawasan, kita juga melakukan
pencerahan terhadap kasus-kasus perburuhan di wilayah-wilayah tersebut. Ada
aspirasi bahwa ribuan buruh dikenakan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara
sepihak oleh pemilik perusahaan. Ada hal-hal mendasar lainnya seperti upah dan
lain sebagainya. tenaga kerja kemudian ditindaklanjuti. Kami memediasi antara
pihak pengusaha dan buruh (tenaga kerja). Hasilnya, semuanya dapat berjalan dan
terlaksana dengan baik dan satu minggu kemudian ada langkah aplikatif yang
ditempuh oleh pengusaha untuk mengakomodasi apa yang menjadi harapan para
buruh. Berbicara perburuhan konsolidasi tripartit itu penting. Kita akan bicara
pemerintahan, bisnis, dan perburuhan. Ketika hal tersebut dapat berjalan dengan
baik dan sistem yang dibangun juga baik serta semua taat terhadap peraturan
yang ada, maka akan berjalan dengan baik. Selama masing-masing memahami dan
menaati apa yang menjadi aturan bersama.
Sejauh ini, bagaimana tanggapan Anda ketika sejumlah anggota
DPRRI terlilit kasus skandal seks, korupsi dan berbagai tindakan amoral
lainnya? Apa yang dapat Anda sarankan dan bagaimana cara Anda untuk terhindar
dari berbagai kasus tersebut?
Saya tidak dalam posisi menghakimi. Saya akan lebih berpikir
dan bercermin pada diri sendiri bagaimana membentengi diri. Bagaimana dapat
berjaga diri. Berada di “lingkungan kekuasaan” akan banyak hal yang bisa
dilakukan. Tinggal seberapa cermat dan seberapa baik serta seberapa kuat kita
membentengi diri kita agar tidak melakukan hal-hal yang kurang baik di mata
masyarakat, sehingga berakibat tidak baik terhadap diri sendiri, keluarga,
terlebih kepada bangsa dan negara tercinta ini. Juga terhadap lembaga yang
memberikan kesempatan saya untuk memperjuangan berbagai aspirasi baik terhadap
masyarakat. Maka saya tidak akan memberikan suatu saran atau pandangan. Saya
akan lebih berpikir bagaimana diri saya mampu dapat menjalankan amanah rakyat
dan menghindari hal-hal yang mengecewakan rakyat yang telah menghantarkan saya
sebagai wakilnya di Bolaang Mongondow.
Aditya Anugrah Moha, S.Ked
TENTANG ADITYA MOHA
Lahir : Kotamobagu (Sulawesi Utara), 25 Januari 1982
Pendidikan : S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, Manado (2007)
Ibu : Marlina Moha Siahaan (Bupati Bolaang Mongondow)
Organisasi
* Departemen PA Komisariat Kedokteran HMI cabang Manado
(2000-2001)
* Ketua Bidang I PC KPMIBM, Manado (2003-2005)
* Ketua DPP BKPRMI, (2009-2013)
* Ketua DPD I KNPI Sulawesi Utara (2011-2013)
* Ketua Bidang Kesehatan DPP AMPI (2010-2014)
* Sekretaris Wilayah IPNU Sulawesi Utara (sejak 2007)
* Sekretaris DPD I Partai Golkar Sulawesi Utara (2009-2014)
* Fungsineoris DPP SOKSI
* Fungsineoris DPP Partai GOLKAR
Karier Politik dan Bisnis
* Anggota DPR Fraksi Partai Golkar periode 2009-2014
* Wakil Sekretaris Faksi Golkar MPR RI periode 2009-2014
* Direktur DC Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar