Jong BATAK
KOEAT KARENA BERSATOE, BERSATOE KARENA KOEAT

navigasi

Jumat, 19 April 2013






Bagaimana sosok dan kiprah politisi muda berdarah Batak dari Partai Golkar ini? Epaphroditus Ph M mewawancarai Aditya seputar kiprahnya di lembaga legislatif pada Kamis siang, 11 Oktober 2012 di Ruang Rapat Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta.


  
Aditya Anugrah Moha, S.Ked
Politisi Termuda Golkar Senayan

Dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2009-2014 yang dilantik pada 1 Oktober 2009, ada seorang anak muda yang juga dokter muda di sana. Dia adalah Aditya Anugrah Moha yang pada saat pelantikan baru berusia 27 tahun. Kondisi ini merefleksikan representasi masyarakat terhadap politik egalitarian dalam bingkai masyarakat yang plural. Daerah pemilihan Sulawesi Utara yang meliputi Bolaang Mongondow, Minahasa, Minahasa Utara, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Minahasa Selatan, Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara, Siau Tagulandang Biaro, dan Kota Kotamobagu. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Manado) tahun 2007 ini bisa disebut sebagai salah satu anak muda yang mengkilat prestasinya. Meski dia menyandang predikat sebagai dokter muda, namun kemampuan komunikasi politik yang dia asah sejak dini lewat organisasi KNPI di daerahnya, membuat Aditya tidak canggung ketika berada di Senayan. Bahkan kini, selain sebagai ‘wakil rakyat’, putera sulung Bupati Bolaang Mongondow, Marlina Moha Siahaan ini, juga tercatat sebagai salah satu Ketua KNPI Pusat.

Anda merasa sebagai orang Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) atau Batak (Sumatera Utara)?

Secara pribadi, saya menginginkan memberikan kontribusi yang signifikan dalam menggejewatahkan istilah “kita bersatu karna perbedaan, budaya penyeragaman adalah pengingkaran terhadap geneologi Indonesia”. Oleh karna itu, terlepas dari suku dan keturunan apa, saya bangga menjadi Warga Negara Republik Indonesia. Berbicara suku, itu merupakan kekayaan yang dimiliki negara ini. Selain, kearifan lokal dan Kebhinekaan yang dimiliki oleh Indonesia. Pada saat berbicara berasal dari suku ini dan itu, menurut saya, itu kurang membumi di negeri kita ini. Yang benar adalah bahwa segenap elemen bangsa kesukuan masuk didalamnya merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini kebanggaan yang luar biasa bagi kita semua. Dibandingkan jika saya mengedepankan, saya berasal dari suku ini atau itu. Yang terpenting bahwa dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Saya bangga menjadi warga Sulawesi Utara dan saya bangga menjadi bagian didalamnya dari ketiga suku besar di bangsa ini. Ketiga suku besar yang ada di Sulawesi Utara dimaksud adalah suku Sangir, Minahasa, dan Bolaang Mongodow.

Sebagai dokter Anda lebih banyak berkecimpung secara langsung terhadap pasien atau orang lain, sementara sebagai anggota Legislatif tugasnya begitu kompleks. Bagaimana menyiasati dua profesi berbeda ini?

Hidup itu pilihan. Pada saat ini, saya menjatuhkan pilihan bagaimana dapat belajar, berekspresi, berdedikasi serta memiliki harapan dan cita-cita untuk dapat berguna bagi diri sendiri, lingkungan terkecil yaitu keluarga, dan diharapkan bermanfaat untuk bangsa ini. Ketika berprofesi di bidang kesehatan, saya berpikir untuk dapat memberikan manfaat kesehatan bagi orang lain. Penempatan diri saya sebagai anggota Legislatif di komisi IX merupakan hal yang baik mengingat kebijakan, keputusan, program, dan berbicara ruang lingkup kesehatan dan dunia ketenagakerjaan diolah dari sini. Lembaga Legislatif merupakan ornamen negara yang akan menentukan baik atau buruknya dunia kesehatan serta kompleksitas hubungan industri yang ada di Republik ini. Dengan pilihan tersebut, sampai hari ini saya tetap merasa nyaman. Setidaknya ada yang saya lakukan untuk kemaslahatan masyarakat.



Aditya Anugrah Moha, S.Ked
Saat ini Anda tercatat sebagai Ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) apa yang sudah Anda dilakukan selama ini?

Tugas saya sebagai Ketua KNPI di Bolaang Mongondow sudah memasuki masa demisioner. Kemudian, saya ditugaskan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) KNPI untuk Bidang Parlemen Internasional. Penugasan di KNPI saya jalani sebelum menjadi anggota DPR. Banyak atau sedikitnya yang saya lakukan sebagai Ketua KNPI tergantung penilaian atau persepsi masyarakat. Setidaknya saya telah memiliki pijakan bahwa ketika pemuda mau berkarya, berprestasi, dan memiliki langkah yang baik untuk pendekatan terhadap lini linier masyarakat, saya berpikir itu merupakan hal yang sangat bermanfaat. Dibandingkan dengan mengedepankan program-program atau melakukan hal-hal yang terlihat seremonial. Sangat tidak tepat jika saya mengatakan sudah melakukan banyak hal terkait jabatan saya sebagai Ketua KNPI Kabupaten Bolaang Mongondow. Biarlah masyarakat yang menilai, apa yang telah dilakukan sebagai pemuda di tanah negeri Sulawesi Utara selama itu.

Sebagai tokoh pemuda, bagaimana Anda melihat peran pemuda dalam pembangunan saat ini?

Bung Karno telah menyampaikan, berikan saya 10 pemuda, maka saya akan mengguncang dunia. Saya pikir, hingga saat ini peran pemuda sangatlah signifikan. Tinggal dikembalikan kepada pemuda itu sendiri. Seberapa besar kita mengambil peran dalam kehidupan berbangsa. Seberapa besar kita mau dan berani berbicara tentang agenda-agenda pembangunan. Seberapa baiknya kita berada pada posisi masing-masing, baik birokrat eksekutif, politisi legislatif, atau aparat yudikatif (penegakan hukum). Di mana pun pemuda itu berada akan dikembalikan kepada seberapa baik kita akan memberikan nilai jati diri yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar.

Saat ini, Kosovo dipimpin oleh seorang wanita berusia 37 tahun bernama Atifete Jahjaga sebagai presiden. Igor Lukšić yang berusia 36 tahun pun kemudian terpilih menjadi Perdana Menteri Montenegro. Akankah ini menjadi inspirasi dan mungkin motivasi dalam jenjang karir politik Anda?

Motivasi dan inspirasi itu ada di mana-mana. Ketika mendirikan partai, ketika itu Bung Karno berusia sekitar 20-an tahun. Itu artinya bahwa embrio di negara ini sudah bukan lagi sebagai fenomena. Negara ini semakin luas memberikan ruang kepada pemuda. Itu merupakan sebuah motivasi yang baik dan luar biasa. Kuncinya akan kembali kepada diri kita sendiri. Sudah mampu dan siapkah pemuda menerima tantangan kesuksesan itu? Pemuda itu memiliki fighting spirit, idea progresif, dan natural aksi yg baik yang pada tingkatan praksisnya, pemuda sedapat mungkin menciptakan solidaritas organik dalam setting sosial masyakarat yang plural. Potensi ini dimiliki pemuda dengan kapasitasnya yg di amanatkan sebagai agen-agen perubahan bangsa. Mari kita serahkan kepada para pemuda untuk menjawabnya.

Sebagai anak pejabat, apa Anda merasa cukup dekat dengan rakyat?

Dekat atau tidaknya, biarlah masyarakat yang menilai. Logikanya, jika tidak dekat dengan masyarakat, tidak mungkin saya mendapatkan lebih dari 100 ribu suara untuk terpilih sebagai anggota legislatif pada pemilihan umum tahun 2009. Dengan raihan suara itu tentu sebagai jawaban kedekatan terhadap rakyat. Pilihan tersebut bukan hanya berasal dari Bolaang Mongondow, tetapi tersebar dari seluruh Sulawesi Utara. Bahkan, di Sangihe dan Talaud, saya mendapatkan suara di wilayah itu. Tetapi, biarlah masyarakat yang memberikan jawabannya. Saya terlalu bertinggi hati ketika saya mengatakan dekat dengan rakyat. Karena sampai hari ini saya menyadari bahwa masih banyak hal yang belum seoptimal mungkin dilakukan. Masih banyak agenda-agenda masyarakat yang perlu diakomodasi dan ditindaklajuti. Seluruhnya harus diperjuangkan demi kemakmuran bersama seluruh masyarakat.

Apa komentar Anda, ketika orangtua Anda yang merupakan pimpinan daerah terduga kasus korupsi?

Founding father bangsa Indonesia, Bung Karno menjelaskan bahwa negara ini dibangun tidak dengan sebuah retorika, tetapi melalui langkah-langkah nyata. Dari kondisi tersebut dapat ditarik benang merah, bahwa sejauh ini kita telah berada pada posisi bernegara dengan pemahaman demokrasi yang baik. Berbicara demokrasi tentu melalui berbagai proses. Sebagai negara demokrasi tertua dan tersukses di dunia, hingga kini, Amerika pun masih bergelut untuk mengatasi persoalan-persoalan korupsi.

Persoalan-persoalan kolusi dan nepotisme masih dijumpai. Artinya, bahwa itu merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita tidak ingin membenarkan tindakan tersebut, tetapi perlu langkah-langkah konkrit dari seorang pimpinan negara. Kita sudah berada pada sistem yang baik. Yang diperlukan adalah penegakan hukum. Kita harus menempatkan bahwa keadilan berada pada posisi terdepan. Kemudian bagaimana reformasi birokrasi berjalan dengan baik. Konsepsi yang baik hendaknya tidak sekedar konsep belaka. Bagaimana tata pelaksanaannya tergantung pada stakeholder itu sendiri.

Jika kini berbicara kekuasaan, kita harus menyadari bahwa Indonesia masih mix dalam berbicara asas. Satu sisi menggunakan asas presidensiil, sementara di sisi lain semi parlementer. Artinya pembagian kekuasaan masih betul-betul berada pada sisi tarik-menarik. Ini masih diperlukan suatu ramuan yang lebih baik. Jika dalam satu tubuh terjadi sistem yang baik, maka ke bawahnya akan lebih mudah untuk baik. Tetapi jika terjadi tarik-menarik, sampai di bawah pun akan tarik-menarik.

Kita tinggal menjalankan sistem yang baik itu. Sistem clean and good governance yang sudah ada dan jika diterapkan di daerah tidak akan masalah. Hal ini akan semakin menghindarkan kasus-kasus korupsi di berbagai wilayah dalam Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) ini. Karena, setiap pengelola negara baik di pusat dan di daerah akan menyadari diri. Ketika menjadi birokrat, jadilah birokrat yang baik, politisi yang baik, penegak hukum yang baik, dan sebagainya. Persoalan semakin meruncing jika terjadi pencampuradukkan di berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara, birokrat yang berpolitisi atau sebaliknya.

Jika menjadi politisi, pure politisi dan jangan menjadi pengusaha. Akan terjadi kekacauan nantinya. Politisi yang berpengusaha jadilah terindikasi korupsi, grativikasi, dan lain sebagainya. Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie memang memiliki latar belakang pengusaha, tetapi kemudian sepenuhnya menjadi seorang politisi ketika seluruh pemegang kekuasaan di perusahaan telah dilepaskan. Beliau menjadi politisi sejati, karena telah melepaskan semua ornamen-ornamen group perusahaan Bakrie. Perusahaan sudah diurus oleh keluarganya, sehingga beliau pada posisi negarawan yang sejati.

Sebagai putera Bolaang Mongondow, apa Anda berkeinginan mencalonkan diri sebagai gubernur jika Bolaang Mongondow nantinya menjadi provinsi?

Sejak masa penjaringan calon kepala daerah dan penjaringan calon anggota legislatif hingga terpilih di Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 2009, saya memilih jalur politisi. Untuk selanjutnya akan saya kembalikan kepada seluruh stakeholder di Bolaang Mongondow. Ketika wacana Bolaang Mongondow ingin menjadi provinsi sendiri sejauh mana kesiapannya. Sejauh ini jika melihat persyaratan sebagai sebuah wilayah provinsi, Bolaang Mongondow memenuhi syarat. Syarat administratif, kewilayahan, dan syarat fisik telah terpenuhi. Bolaang Mongondow memiliki potensi yang baik. Kemudian kembali kepada seluruh stake holder. Pemekaran daerah terutama provinsi bukan suatu perjuangan yang mudah.

Ranah politik ada. Tetapi, ada hal-hal yang lebih mendasar dari itu. Ada pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat dan bagaimana menciptakan pembangunan yang lebih baik demi pemerataan, sehingga mampu mensejahterakan masyarakat. Ada tiga hal yang mendasar terkait dengan suatu pemekaran wilayah. Itu yang dikedepankan. Bukan soal nilai politisnya untuk menjadi seorang kepala daerah. Persoalannya, mampukah kita menerapkan filosofi mendasar tersebut. Mampukah kesejahteraan itu tercipta? Mampukah kedekatan pelayanan yang baik? Mampukah pemerataan pembangunan itu diterapkan?

Sebagai wakil dari Sulut lebih khusus Bolaang Mongondow, apakah Anda sudah merasa mensejahterakan rakyat yang memilih Anda?

Hingga kini, saya belum berada pada posisi dimaksud. Saya masih terus konsentrasi dan konsisten dalam pekerjaan kerakyatan yang diamanahkan. Tentunya saya akan banyak bertanya kepada kawan-kawan senior, apa sebenarnya yang bisa lakukan secara bersama-sama untuk lajunya percepatan dari kesejahteraan itu sendiri. Saya harus banyak menyerap aspirasi dan harus banyak bertanya kepada senior-senior saya yang telah mapan dan hebat dalam berpolitik. Mereka lebih berkualitas dan lebih berpengalaman. Selain banyak bertanya, saya juga harus mengiringi dengan apa yang bisa saya lakukan di lembaga yang terhormat.

Setelah separuh jalan di legislatif, apakah Anda punya kiat dalam menangani ketenagakerjaan atau perburuhan yang belum berjalan bagus di negara ini?

Belum lama ini, kita langsung menindaklajuti kasus ketenagakerajaan atau perburuhan di wilayah Bekasi (Jawa Barat) dan Tangerang (Banten). Selain kita melaksanakan tugas pokok pengawasan, kita juga melakukan pencerahan terhadap kasus-kasus perburuhan di wilayah-wilayah tersebut. Ada aspirasi bahwa ribuan buruh dikenakan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh pemilik perusahaan. Ada hal-hal mendasar lainnya seperti upah dan lain sebagainya. tenaga kerja kemudian ditindaklanjuti. Kami memediasi antara pihak pengusaha dan buruh (tenaga kerja). Hasilnya, semuanya dapat berjalan dan terlaksana dengan baik dan satu minggu kemudian ada langkah aplikatif yang ditempuh oleh pengusaha untuk mengakomodasi apa yang menjadi harapan para buruh. Berbicara perburuhan konsolidasi tripartit itu penting. Kita akan bicara pemerintahan, bisnis, dan perburuhan. Ketika hal tersebut dapat berjalan dengan baik dan sistem yang dibangun juga baik serta semua taat terhadap peraturan yang ada, maka akan berjalan dengan baik. Selama masing-masing memahami dan menaati apa yang menjadi aturan bersama.

Sejauh ini, bagaimana tanggapan Anda ketika sejumlah anggota DPRRI terlilit kasus skandal seks, korupsi dan berbagai tindakan amoral lainnya? Apa yang dapat Anda sarankan dan bagaimana cara Anda untuk terhindar dari berbagai kasus tersebut?

Saya tidak dalam posisi menghakimi. Saya akan lebih berpikir dan bercermin pada diri sendiri bagaimana membentengi diri. Bagaimana dapat berjaga diri. Berada di “lingkungan kekuasaan” akan banyak hal yang bisa dilakukan. Tinggal seberapa cermat dan seberapa baik serta seberapa kuat kita membentengi diri kita agar tidak melakukan hal-hal yang kurang baik di mata masyarakat, sehingga berakibat tidak baik terhadap diri sendiri, keluarga, terlebih kepada bangsa dan negara tercinta ini. Juga terhadap lembaga yang memberikan kesempatan saya untuk memperjuangan berbagai aspirasi baik terhadap masyarakat. Maka saya tidak akan memberikan suatu saran atau pandangan. Saya akan lebih berpikir bagaimana diri saya mampu dapat menjalankan amanah rakyat dan menghindari hal-hal yang mengecewakan rakyat yang telah menghantarkan saya sebagai wakilnya di Bolaang Mongondow.



Aditya Anugrah Moha, S.Ked
TENTANG ADITYA MOHA

Lahir : Kotamobagu (Sulawesi Utara), 25 Januari 1982

Pendidikan : S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado (2007)

Ibu : Marlina Moha Siahaan (Bupati Bolaang Mongondow)

Organisasi

* Departemen PA Komisariat Kedokteran HMI cabang Manado (2000-2001)

* Ketua Bidang I PC KPMIBM, Manado (2003-2005)

* Ketua DPP BKPRMI, (2009-2013)

* Ketua DPD I KNPI Sulawesi Utara (2011-2013)

* Ketua Bidang Kesehatan DPP AMPI (2010-2014)

* Sekretaris Wilayah IPNU Sulawesi Utara (sejak 2007)

* Sekretaris DPD I Partai Golkar Sulawesi Utara (2009-2014)

* Fungsineoris DPP SOKSI

* Fungsineoris DPP Partai GOLKAR

Karier Politik dan Bisnis

* Anggota DPR Fraksi Partai Golkar periode 2009-2014

* Wakil Sekretaris Faksi Golkar MPR RI periode 2009-2014

* Direktur DC Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar